Kisah Nyata : Ternyata Dia Bukan Laki-Laki Impianku

0

Kisah misteri copy

Malam itu entah kenapa terasa  begitu sepi, padahal waktu masih menunujukan pukul 21.00 Wib. Biasanya jam segini masih rame, apalagi di sebelah rumah ada warnet yang bukanya kadang sampe subuh. Mungkin hujan yang sejak sore turun menjadi penyebabnya, selain itu malam ini malam jum’at pula. Andi (12) anakku satunya-satunya dari tadi siang sudah pamitan nginap dirumah neneknya, makin lengkaplah rasa sepi itu. Itulah sekelumit kata yang meluncur dari bibir Indah (35) yang disampaikan pada penulis. Menurut Indah kejadian yang terjadi padanya merupakan pukulan berat dalam hidupnya. Itu pulalah yang menyebabkan dia sengaja datang ke redaksi untuk menceritakan semua kisah yang terjadi pada dirinya.    

Saat itu menurut indah dirinya memang lagi sendiri di rumah, karena Yudi (45) suaminya baru tadi pagi pamit pergi ke Jakarta untuk bekerja. Biasanya ada keponakan yang selalu menemani aku ketika suamiku pergi ke Jakarta. Setali tiga uang malam ini ponakanku boro-boro menginap yang ada Andi pun dibawanya. Ditengah kesunyiaan ini, tiba-tiba pintu rumah ada yang ngetuk. Awalnya tidak aku hiraukan, setelah tiga kali ketukan baru aku bangkit dari kamar. Dengan perasaan takut akhirnya kubuka juga pintu rumah, alangkah kagetnya ternyata yang berdiri di depan pintu bukan siapa-siapa tapi Yudi suamiku. Hilang seketika rasa takut tergantikan rasa senang yang tiada terhingga.

Namun dibalik rasa senang timbul juga rasa heran melihat Yudi sudah kembali lagi, padahal baru tadi pagi dia pergi. Selain itu Yudi orangnya periang mau capek ataupun tidak selalu ada canda. Tapi malam ini Yudi menjadi pendiam, secangkir teh panas yang aku suguhkan tidak mempengaruhi pera-ngainya. “Dalam hati aku bertanya, ada apa ini?, cuma sebagai istri yang baik aku mencoba untuk memahami, mungkin dia lelah setelah seharian menempuh perjalanan jauh”.

Hujan diluar semakin besar, tiba-tiba Yudi menarik tanganku dengan kasar, Yudi langsung membawaku kedalam kamar. Aku tak kuasa menolaknya, meskipun ada sedikit perasaan kaget karena biasanya Yudi selalu bersikap lembut. Lagi-lagi aku berpikir positif “mungkin karena melihat baju tidurku yang sedikit transparan birahinya menjadi bangkit”.

Aku mencoba untuk diam, tapi sepertinya adrenalin Yudi sudah diubun-ubun, bak Serigala Yudi langsung menerkamku. Semua kain yang menutupi bajuku Ia cabik-cabik, hingga semuanya lepas. Terkaman dan gigitan Yudi akhirnya membuat birahiku juga terpancing, kubalas perlakuan Yudi dengan tak kalah ganasnya. Akhirnya kami berdua bergulat dalam luapan lumpur kenikamatan yang memabukkan.

Malam itu tenaga Yudi sepertinya tidak ada habisnya, aku dibuatnya lemas.
Yang membuatku kaget, kenapa setelah Yudi mengeluarkan lava panasnya, selang beberapa menit kemudian tubuhku ia jamah lagi, malam ini Yudi seperti kerasukan setan. Entah berapa kali aku menggapai kenikmatan, aku sudah lupa menghitungnya. Setelah aku terkapar, baru Yudi menghentikan segala aksinya, dari raut mukanya aku tahu kalau Yudi masih menginginkannya.

Hari menjelang pagi, aku lihat  jam dinding yang ada dikamarku saat itu menunjukan pukul 04.30, tanpa diduga Yudi sepertinya hendak berangkat pergi. Hanya sepatah kata yang muncul dari mulutnya  “Aku pergi dulu”.

Kejadian malam itu sudah aku lupakan. Meskipun rasa heran bercampur penasaran masih tetap menghantui pikiranku. Hingga akhirnya pada hari Minggu tanpa dinyana Yudi kembali pulang kerumah, diringi oleh adik sepupuku Rena (25) yang kebetulan sudah lama ikut suamiku bekerja.

Aku tidak berani menceritakan apa yang telah terjadi sebelumnya, entah kenapa lidah ini terasa kelu untuk menyampaikannya. Apalagi setelah mendapat keterangan dari adik sepupuku Rena, kalau Yudi pada malam Jum’at lalu di Jakarta sedang mengerjakan pekerjaan lembur bersamanya.

Setelah Yudi kembali ke Jakarta, barulah semua kejadian ini kuceritakan kepada kedua orang tuaku. Sampai kemudian bersama ibuku, aku pergi kesebuah pesantren untuk menemui Pa Kiyai, yang kebetulan juga guru ngajiku dulu. Aku begitu terpukul ketika mendengar omongan Pa Kiyai, menurutnya yang datang malam itu dan menyetubuhiku ternyata Jin Kapir yang berubah wujud menjadi Yudi suamiku. Aku pun shock mendengarnya, aku merasa berdosa kepada keluargaku terutama suamiku.

Semenjak itu aku menjadi pemurung, aku menjadi pemalas bahkan aku membenci diriku sendiri. Aku tidak sanggup lagi bertemu dengan Yudi. Ya Allah betapa berat cobaan ini menimpaku. Apalagi setelah kejadian malam jahanam itu aku merasa kalau aku sedang ngidam.

Bayangan kelam menghadang di depan mata. Itu yang kurasakan saat ini.

Melalui Renus inilah aku berani mengunkapkan kisah pahit hidupku, dengan harapan ada saran yang berguna dari pembaca, selain itu aku berharap Yudi suamiku suatu saat tanpa disengaja membaca kisah ini, karena Yudi juga berlanggaganan koran ini.

Dikisahkan kembali oleh : d_rul

Bagi pembaca yang ingin menceritakan kisah hidupnya silahkan datang ke kantor redaksi atau hubungi penulis : 082129491223