Selama Tahun 2014 Jumlah Penderita DBD di cilegon Tercatat 466 Kasus
CILEGON, Renus.
Selama tahun 2014 jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Cilegon tercatat sebanyak 466 kasus. Penderita terbanyak berada di Kecamatan Cilegon dengan 89 kasus, disusul oleh Kecamatan Purwakarta dengan 81 kasus, peringkat ketiga ditempati Kecamatan Jombang dengan 78 kasus.
Selanjutnya Kecamatan Cibeber dengan 75 kasus, Kecamatan Citangkil dengan 60 kasus, Kecamatan Pulomerak dengan 41 kasus, Kecamatan Grogol dengan 24 kasus, dan yang terakhir adalah Kecamatan Ciwandan dengan 18 kasus.
Kepala Seksi (Kasi) Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Cilegon Sri Rejeki mengatakan, jumlah penderita penyakit DBD yang paling tinggi berada pada pertengahan 2014, dengan jumlah 60 kasus yang tersebar di semua Kecamatan.
“Kecamatan Jombang enam kasus, Cilegon 18 kasus, Pulomerak empat kasus, Grogol empat kasus, Purwakarta sembilan kasus, Citangkil sembilan kasus, Ciwandan lima kasus, dan Cibeber tujuh kasus,” kata Sri, pekan lalu.
Sedangkan, kata Sri, jumlah masyarakat Cilegon yang menderita DBD paling sedikit yang terjadi selama satu tahun terakhir, berada pada awal 2014, yaitu denga jumlah 16 kasus.
“Di Kecamatan Jombang dua kasus, Cilegon empat kasus, Pulomerak tiga kasus, Grogol tidak ada masyarakat yang terkena penyakit ini (DBD), Purwakarta dua kasus, Citangkil satu kasus, Ciwandan tidak ada penderita DBD dan Cibeber empat kasus,” paparnya.
Sedangkan, untuk masyarakat yang terserang atau terjangkit penyakit DBD yang disebabkan nyamuk Aedes Aegypti hingga meninggal dunia, hanya empat orang selama 2014.
“Yang meninggal itu berasal dari Kecamatan Jombang dua orang di bulan Februari dan Desember, sedangkan sisanya itu di Kecamatan Purwakarta pada bulan Agustus, jadi semuanya ada empat yang meninggal,” terangnya.
Dia mengaku, selama terjadi musibah banjir yang melanda beberapa daerah Cilegon karena intensitas hujan yang sangat tinggi, sampai saat ini belum ada masyarakat yang terkena penyakit tersebut.
“Sampai saat ini belum ada laporan ke kita (Dinkes), mengenai masyarakat korban banjir yang terserang penyakit ini (DBD),” katanya.
Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Cilegon Retno Windarwati mengatakan, hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai kejadian yang luar biasa, karena terjadi pada kurun waktu yang berbeda.
“Kecuali terjadi dalam waktu yang sama, meskipun ada empat yang meninggal dunia karena terkena DBD, namun itu belum bisa dikatakan sebagai kejadian yang luar biasa,” katanya.
Dia mengimbau, memasuki musim hujan yang sedang melanda daerah Cilegon, masyarakat jangan sampai lalai terhadap genangan air yang ada, karena bisa menjadi sarang nyamuk penyebab DBD.
“Untuk itu jangan sampai ada genangan air, terutama pada musim hujan, masyarakat juga harus tetap ingat 3-M (menutup tempat penampungan air, menguras tepat penam-pungan air, dan mengubur barang bekas),” ujar Retno. (Reymond)
Reaksi Nusantara Edisi 25 Januari 2015