Kisah Nyata: Hidup Diantara Bayangan Dosa

0

nakal Entah dorongan apa yang menyebabkan aku berani menyampaikan semua  kisah hidupku ini pada penulis. Demikian kalimat pembuka yang  meluncur dari mulut manis perempuan muda dengan paras cantik, sebut saja dengan nama samaran Bun (31).” Dilihat dari penampilan, perempuan ini sepertinya tidak mempunyai masalah apapun, kalau memang iya punya kisah pilu atau kisah hidup yang pahit, jelas Bun merupakan perempuan tangguh yang bisa  menutupi semua kepahitan hidupnya dengan menebar keramahan dan senyum renyahnya,” guman penulis. Setelah dipersilahkan untuk menceritakan lika-liku hidupnya, Bun kemudian tanpa sungkan membuka ceritanya. Selamat membaca.

 

Cianjur, Renus.

Aku dilahirkan dari keluarga besar yang hidup diabad modern, orang tuaku masuk kategori keluarga berkecukupan, aku sendiri merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara.  Ayahku cukup sukses di dunia usahanya, sementara ibu merupakan seorang ibu yang sangat baik mengasuh anak-anaknya. Namun sayang dibalik keharmonisan keluargaku ternyata ayahku menghianati janjinya dengan mengawinii perempuan muda yang masih sama sekota. Saat itu usiaku masih 5 tahun.

Hidup begitu indah, masa kecil dilewati dengan penuh warna-warni, apapun yang aku minta selalu dibelikan oleh ayahku, hingga tak terasa aku tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang manja, kolokan dan menganut aliran kebebasan yang saat itu lagi trend. Akibat itu pula sekolahku berantakan. Dari satu sekolah pindah ke sekolah lainnya. Kejadian itu berlanjut kejenjanag sekolah lanjutan Atas, Aku makin gila, mulai mengenal laki-laki, mulai mengenal obat-obatan dan minuman keras, hingga akhirnya kecanduan sampai sekarang.

Setelah keluar SMA, aku mengenal seorang laki-laki, sebut saja (Den) usianya lebih tua dari usiaku, dengan Den inilah aku memasuki babak baru dunia percintaan. Aku mulai terhanyut dengan irama hidup yang Den berikan padaku, disitu pulalah awal petaka terjadi. Suatu waktu Den mengajak kerumah temannya yang kebetulan keluarganya lagi keluar kota, dengan bebasnya kami berdua melampiaskan rasa kangen yang selama ini terpendam.  Den mulai berani meraba-raba seluruh lekuk tubuhku, napasku tersengggal, seakan melayang dengan angan yang sebelumnya  belum pernah kuraih.


Dari meraba Den melanjutkan petualangannya dengan, mencium bibirku, hingga kemudian tanpa terasa satu persatu gaunku terlepas. Dengan ganasnya Den menjilati dua gunung kembar yang mengapit dadaku. Aku tak kuasa menolaknya, yang ada aku membalas menyerangnya hingga tanpa terasa kami berdua bergumul dalam lumpur dosa yang memabukan. Jeritan lirih mengakhiri petualangan Den. Aku tersentak setelah tau apa yang terjadi. Sore ini keperawananku yang selama ini aku jaga telah hilang direnggut lelaki yang aku cintai.

Mulai saat itu aku seakan ketagihan setiap ada kesempatan selaku kulakukan hal yang sama dengan Den, kami sudah layaknya suami istri, hingga kemudian aku hamil diluar nikah.  Untung Den lelaki yang bertanggung jawab, akupun dinikahinya di usia 18 tahun.  Sampai sekarang aku sama Den telah dikarunia 2 orang anak.

Diusia yang memasuki kepala 3 inilah aku ketemu dengan seorang lelaki (Daw) laki-laki ini selalu terbuka dengan kehidupannya, dari cerita Daw, aku bisa menggambarkan kalau dia hidup dalam kondisi keluarga yang tidak harmonis.  Anaknya tak teurus, bahkan menurut ceritanya yang perempuan sudah menikah karena kecelakaan duluan dan sekarang telah punya anak. Sementara yang paling besar brutal.  Dengan Daw perbedaan usiaku cukup jauh, hampir 16 tahun.

Bun melanjutkan ceritanya, sebetulnya kisah hidupku tak jauh beda dari Daw, bahkan sebagai wanita sejujurnya aku sudah merasa ingin berpisah dari Den. Pertengkaran selalu membumbui kehidupan sehari-hariku.  Selama ini aku coba pendam sendiri, hingga kemudian aku ketemu Daw. Dari persamaan ini pulalah kami semakin dekat. Aku tau kalau Daw suka padaku, namun dia keliatan menjaga tatakrama terhadapku.  Daw cukup sopan, bahkan menurutku terlalu kaku, hingga kadang membuatku bosan juga dengan suasananya.

Semakin hari pertemuan aku dan Daw semakin sering, apalagi setelah aku dilibatkan dalam pekerjaannya. Kemana-mana kami berjalan bersama, bahkan sebagian orang yang tidak mengenal kami, mereka mengira kalau aku dan Daw pasangan suami istri. Dengan kondisi demikian tentunya aku sendiri merasa rikuh, demikian pula Daw. Kami mencoba berkomitmen untuk fokus pada pekerjaan dengan mengesampingkan masalah hubungan kami. Namun itu tidak dapat berlangsung lama. Pekerjaan Daw jadi kacau balau sampai kemudian aku ambil alih untuk menyelamatkan perusahaannya.

Tidak bisa dipungkiri sebenarnya aku juga suka sama Daw. Sampai suatu hari ditengah istrahat dari pekerjaan, Daw mengajakku pergi kerumah temannya. Dirumah itulah terjadi hubungan yang seharusnya tidak kami lakukan. Aku semakin sayang sama Daw, demikian juga Daw.  Kami merasa sudah layaknya suami istri.

Hal inilah yang membuat  masalah dalam hidupku, disatu sisi aku masih istri sahnya Den, sementara  dengan Daw pun aku tak sanggup untuk berpisah. Aku bisa saja mengajukan gugat cerai terhadap suamiku, namun bagaimana dengan nasib anak-anakku yang masih kecil-kecil. Sementara itu Daw sendiri sampai sekarang masih hidup serumah dengan istrinya, meskipun  menurut pengakuannya sudah lama pisah ranjang.

Hanya ke Reaksi Nusantara ini aku berani mengutarakan semua isi hatiku, dengan harapan ada pembaca yang mau memberikan saran  positif demi kelangsungan hidupku berserta seluruh buah hati yang aku sayangi.

Dikisahkan kembali oleh  : d_rul. Alamat dan KTP  ada diredaksi.